Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
BekasiHeadline News

KETUA KOMISIONER AMS BEKASI RAYA ZIARAH KE MAKAM EYANG PRABU TAJIMALELA

36
×

KETUA KOMISIONER AMS BEKASI RAYA ZIARAH KE MAKAM EYANG PRABU TAJIMALELA

Sebarkan artikel ini

Bekasi Post Keadilan -“Kabupaten Sumedang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, sekitar 45 km Timur Laut Kota Bandung dengan ibukota Sumedang. Sebagian besar wilayah Sumedang adalah pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah Utara berupa dataran rendah.
Pada mulanya Kabupaten Sumedang adalah sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Raja Galuh. Didirikan oleh Prabu Geusan Ulun Aji Putih atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pakuan Pajajaran, Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan.

Yang pertama, yaitu Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada abad ke-12. Kemudian pada masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana yang berarti menerangi alam, dan kemudian diganti lagi menjadi Kerajaan Sumedang Larang (Sumedang berasal dari kata Insun Medal/Insun Medangan yang berarti aku dilahirkan; aku menerangi dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingannya).

Alhamdulillah, dalam kesempatan ziarah kali ini, Ketua Komisariat AMS Bekasi Raya yang dipimpin langsung oleh Ketua Anang Riyadi , berkesempatan melakukan silaturahmi dan ziarah ke makam Raja Sumedang Larang pertama, Eyang Prabu Tajimalela Batara Tungtang Buana bin Prabu Guru Aji Putih yang terletak di Gunung Lingga, Sumedang (24/04/2021).

Perjalanan darat dari Bekasi ke Sumedang (sekitar 190 km) melalui Tol Cipularang ditempuh dalam waktu ± 3,5 jam, dimulai pukul 15.00 WIB dan tiba di Masjid Agung Sumedang pukul 18.30 WIB. Masjid Agung Sumedang berada di sebelah barat alun-alun kota Sumedang. Menurut catatan, masjid ini dibangun tahun 1850, pada masa pemerintahan bupati Sumedang Pangeran Soegih atau Pangeran Soeria Koesoemah Adinata.

Kami pun menunaikan kewajiban sholat Maghrib dan Isya di Masjid Agung Sumedang ini. Di Masjid Agung Sumedang, kami sudah ditunggu kedatangannya oleh Syeikh Wihdatul Wujud Cahyadi Effendi, seorang mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah wa Syattariyah dari Sumedang. Beliau ditemani seorang pendampingnya, berkenan menemani kami selama ziarah ke makam raja dan leluhur Kerajaan Sumedang Larang.

Sekitar pukul 21.00 WIB, kami pun memulai perjalanan ziarah ke makam Raja Pertama Sumedang Larang, Eyang Prabu Tajimalela Batara Tungtang Buana yang berada di puncak Gunung Lingga. Gunung Lingga masuk dalam wilayah administratif Desa Cimarga, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang. Masyarakat sekitar mempercayai bahwa di puncak Gunung Lingga ini lah Prabu Tajimalela, Raja Sumedang Larang menghilang alias ngahyang. Saat ini, makam Prabu Tajimalela merupakan salah satu cagar budaya di Kabupaten Sumedang.

Perjalanan menuju Gunung Lingga sampai pintu masuk kawasan makam ditempuh selama 1,5 jam. Setibanya di pintu masuk (pintu rimba), perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki menuju ke puncak gunung. Kondisi jalan tangga menuju makam di puncak Gunung Lingga yang berjarak sekitar 400 meter sangat menanjak dan kami tempuh dalam waktu 1 jam hingga tiba di lokasi makam di puncak gunung. Setelah istirahat secukupnya, ritual ziarah pun kami mulai dan dilanjutkan dengan dzikir yang dipimpin Ustad Tadjul dan Ustad Aa. Mul.sebagai ketua majelis dzikir Tajimalela.

Pukul 02.00 WIB, ritual ziarah kami tuntaskan. Kami pun segera turun ke kaki gunung, menuju pintu masuk kawasan makam (pintu rimba). Tiba di tujuan sekitar pukul 01.00 WIB, dilanjutkan dengan istirahat sekedar melepas kepenatan. Selepas istirahat, perjalanan kami lanjutkan menuju Masjid Agung Sumedang. Sekitar pukul 04.00 WIB fajar, kami pun tiba di Masjid Agung Sumedang dan menunaikan sholat Subuh berjamaah di Masjid Agung Sumedang.

Ritual ziarah kami lanjutkan dengan tujuan makam para leluhur Sumedang. Tujuan ziarah adalah kompleks makam Pangeran Santri Pangeran Kusumah Dinata I (1530-1579) dan Ratu Pucuk Umun (1530-1579) di Pasarean Gede Gunung Ciung, Sumedang yang terletak di pusat kota Sumedang. Pangeran Santri adalah suami Ratu Pucuk Umun, yang merupakan Ratu Kerajaan Sumedanglarang yang pertama kali menganut agama Islam. Sejak itulah mulai menyebarnya agama Islam di wilayah Sumedang Larang.

Salah satu keturunan Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri yang dimakamkan di kompleks makam ini adalah Pangeran Kornel, Bupati Sumedang yang cukup terkenal, terutama pada waktu pembangunan Jalan Raya Pos yang menghubungkan Anyer – Panarukan atas perintah Gubernur Jendral Herman W. Daendels (1811 – 1813).

Selepas ziarah ke Pasarean Gede dan sarapan pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, ritual ziarah kami lanjutkan ke kompleks makam Pangeran Sugih Pangeran Suria Kusumah Adinata (1836-1882), Pangeran Panembahan Rangga Gempol III (1656-1706) dan Cut Nyak Dien di Gunung Puyuh, Sumedang (24/04/2021)

Pukul 02.00 WIB, ritual ziarah kami tuntaskan. Kami pun segera turun ke kaki gunung, menuju pintu masuk kawasan makam (pintu rimba). Tiba di tujuan sekitar pukul 01.00 WIB, dilanjutkan dengan istirahat sekedar melepas kepenatan. Selepas istirahat, perjalanan kami lanjutkan menuju Masjid Agung Sumedang. Sekitar pukul 04.00 WIB fajar, kami pun tiba di Masjid Agung Sumedang dan menunaikan sholat Subuh berjamaah di Masjid Agung Sumedang.

 

Ritual ziarah kami lanjutkan dengan tujuan makam para leluhur Sumedang. Tujuan ziarah adalah kompleks makam Pangeran Santri Pangeran Kusumah Dinata I (1530-1579) dan Ratu Pucuk Umun (1530-1579) di Pasarean Gede Gunung Ciung, Sumedang yang terletak di pusat kota Sumedang. Pangeran Santri adalah suami Ratu Pucuk Umun, yang merupakan Ratu Kerajaan Sumedanglarang yang pertama kali menganut agama Islam. Sejak itulah mulai menyebarnya agama Islam di wilayah Sumedang Larang.

Salah satu keturunan Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri yang dimakamkan di kompleks makam ini adalah Pangeran Kornel, Bupati Sumedang yang cukup terkenal, terutama pada waktu pembangunan Jalan Raya Pos yang menghubungkan Anyer – Panarukan atas perintah Gubernur Jendral Herman W. Daendels (1811 – 1813).

Selepas ziarah ke Pasarean Gede dan sarapan pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, ritual ziarah kami lanjutkan ke kompleks makam Pangeran Sugih Pangeran Suria Kusumah Adinata (1836-1882), Pangeran Panembahan Rangga Gempol III (1656-1706) dan Cut Nyak Dien di Gunung Puyuh, Sumedang (24/04/2021).

Pukul 09.30 WIB, rangkaian ritual ziarah di kota Sumedang ini kami tuntaskan dan perjalanan kami lanjutkan menuju Cikarng ***
Wallahu a’lam ( aris )

Dikutip sumber dari malaya or.id

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.