Sukabumi, PostKeadilan – Sebagai bentuk implementasi Pertambangan Rakyat Berbasis Komunitas yang Bertanggungjawab, APRI (Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia) berkomitmen meninggalkan pemakaian Merkuri dan Sianida di pengolahan emas tambang rakyat.
“Memang tidak mudah untuk melaksanakan komitmen ini. Karena APRI akan berhadapan dengan pihak-pihak yang berkepentingan menjadi sales penjualan Sianida dan Merkuri,” ujar Ketua APRI, Cecep Taryana Syahputra kepada PostKeadilan di Sukabumi, Minggu (14/6/2020) malam.
Belum lagi APRI harus menghadapi arogansi keilmuan pihak-pihak tertentu yang sangat meremehkan para penambang rakyat. “Sehingga langkah-langkah konstruktif dari APRI tidak mendapat dukungan penuh. Mereka hanya memandang bahwa ide-ide konstruktif lahir dari mereka yang memiliki otoritas resmi,” tudingnya.
Yang terutama mempersulit implementasi komitmen APRI adalah tidak adanya kesungguhan dan kemauan para pihak benar-benar memberi kesempatan penambang rakyat Indonesia dapat maju dan menjadi profesional.
“Ada orang-orang yang ingin mempertahankan persepsi bahwa tambang rakyat yang selalu dianggap bodoh, merusak lingkungan lah, serta disebut kelompok orang-orang miskin dan primitif. Sehingga penggunaan teknologi dan pemakaian listrik di pertambangan rakyat ‘bak sengaja dibatasi,” bebernya.
Cecep katakan APRI tak segan-segan lakukan kritikan kepada pemerintah, hingga sering di undang sebagai narasumber.
“Tanggal 2 Maret 2020 lalu kami di undang Rapat RUU penganti UU no 4 tahun 2009.
APRI menjadi salah satu Nara Sumber oleh Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral). Kemudian kita pernah diundang presentasi mengenai tambang rakyat,” jabarnya.
Kadang muncul pertanyaan, lanjut Cecep. Mereka (stakeholder pemerintah) ini disumpah untuk melayani rakyat atau melayani pengusaha saja? Tapi mari kita lihat kedepan!
“Tambang rakyat ada sebelum Indonesia ada, akan tetap ada selama peradaban manusia ada. Dan kita dari APRI akan pertahankan komitmen pertambangan rakyat ramah lingkungan, untuk tidak menggunakan Merkuri dan Sianida,” lugasnya.
Sebelumnya, awak media ini investigasi lapangan. Ditemukan pertambangan rakyat di Kabupaten Sukabumi, memakai peralatan sederhana dan masih bersifat tradisional. Hanya kini, para penambang mulai memahami penggunaan mesin pengolahan.
Sebut saja Mamang. Penambang emas ini beri apresiasi terhadap perjuangan APRI. “Kami mendapat arahan dari pengurus APRI. Pak Oding (Ketua CRM APRI) sebagai ketua kami, tegas mengatakan agar kami jangan sampai merusak lingkungan. Habis menggali lubang, ya bebenah,” ucapnya.
Pria baya yang mengaku telah puluhan tahun sebagai penambang ini akui, bahwa sebelum bergabung di APRI acap kali mendapat ‘ancaman dari oknum aparat. “Ya kita sering dimintai. Harus ngasih.. Kalau tidak, kita kan dipersulit,” ungkapnya enggan menguraikan diminta apa dan kesulitan apa yang dia maksud.
“Walau hasil seadanya, tapi kami tengah berupaya tidak pakai Merkuri dan Sianida disini pak,” tutupnya. (Calres/Simare)