BOGOR | POSTKEADILAN Rektor IPB University, Prof Arif Satria mewisuda sebanyak 1.080 lulusan Sekolah Vokasi. Wisuda Program Pendidikan Vokasi Sekolah Vokasi IPB University Tahap II Tahun Akademik 2021/2022 dilaksanakan secara luring di Grha Widya Wisuda, Kampus Dramaga dan secara daring melalui channel YouTube IPB TV, 15/11.
Dalam pidatonya, rektor mengucapkan selamat kepada seluruh wisudawan atas capaian dan kerja keras mereka sehingga hari ini mendapat kesempatan diwisuda. “Saya berhadap para wisudawan akan menjadi sosok yang selalu menebar inspirasi, sukses dalam dunia kerja,” ujarnya.
Prof Arif menyampaikan pesan-pesan motivasi supaya para wisudawan memiliki gambaran menghadapi kehidupan di luar kampus. Paparannya ia mulai dengan menunjukkan kondisi saat ini yang penuh dengan ketidakpastian atau disebut era perubahan, di mana semakin lama perubahan semakin cepat.
“Dulu dikatakan milenium, perubahan terjadi setiap 1000 tahun. Setelah itu bersifat 100 tahun disebut abad. Saat ini perubahan setiap 10 tahun. Ke depan, bisa saja terjadi setiap 5 tahunan, bahkan setiap tahun. Kemampuan untuk merespon secara cepat menjadi syarat mutlak,” ungkapnya.
Oleh karena itu, kata dia, IPB University berusaha menjadikan putra-putrinya, para mahasiswa dan lulusannya, memiliki sikap responsif terhadap perubahan. Bahkan, harus bisa menjadi trendsetter perubahan.
Ia menuturkan, sejumlah cara yang dilakukan IPB University diantaranya dengan penguatan karakter. “Pepatah mengatakan when you lose your money, you lose nothing, when you lose your health you lose something, when you lose your character you lose everything,” ucapnya.
Rektor seringkali mengingatkan hasil survei Thomas J Stanley bahwa dari 100 faktor sukses, Intelligence Quotient (IQ) tinggi menempati urutan ke 21. Sementara bersekolah di sekolah favorit berada di urutan ke 23 dan lulus dengan nilai terbaik, ‘hanya’ di urutan ke 30.
“Ternyata, faktor kesuksesan nomor satu adalah kejujuran. Nomor dua kedisiplinan, ketiga mudah bergaul,” jelasnya.
Ia pun berpesan agar wisudawan dapat menjadi pembelajar sejati. Menurutnya, kelulusan ini bukan akhir dari seorang pembelajar. Namun, momen ini justru menjadi awal sebagai seorang pembelajar.
“Ki Hajar Dewantara mengatakan setiap orang adalah guru, setiap rumah adalah sekolah. Kemampuan kita untuk belajar dari semua orang itu menjadikan kita menjadi learner sejati. Henry Ford dalam sebuah quotenya, anyone who keep learning stays young. Kata Albert Einstein, once you stop learning, you start dying,” tukasnya.