Toba – Postkeadilan. Tim CD/CSR TPL memberikan bantuan ember untuk budi daya lalat Black Soldier Fly (BSF) kepada Kurniara Br Simanjuntak sebagai bagian dari program sosial terhadap masyarakat. Bantuan kepada kurniara simajuntak warga desa Banjar Ganjang Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba.sebagai seorang pembudi daya lalat ulat untuk pakan ternak Sumatera Utara (03/9/2020)
Black soldier fly (BSF) dengan nama latin Hermetia illucens merupakan satu dari dari 800 jenis lalat yang ada dengan keunikan sebagai jenis yang tidak bersifat pathogen (agen pembawa penyakit). Budidayanya juga cukup mudah dan menghasilkan, Kalau sudah jadi lalat, pembudidaya dapat memanen telurnya dalam jangka waktu sebulan dalam kisaran harga Rp 10 .000 (Sepuluh ribu) per 1 (satu) gram (gr).
Siklus hidup BSF secara total hanya sekitar 45 hari, mulai dari telur sampai ke lalat dewasa. Seekor lalat betina biasanya menghasilkan 500-900 butir telur. Sedangkan untuk mendapatkan 1 gram telur, membutuhkan setidaknya 14-30 BSF. Untuk 1 gram telur, akan mampu menghasilkan 3-4 kg maggot atau larva. Fase paling lama adalah larva, sekitar 18 hari.
Tidak hanya telur yang dipanen, melainkan juga maggot atau larva sebelum menjadi lalat tentara dewasa. Maggot dapat dijual dalam kondisi hidup atau basah maupun kering atau dioven. Bila kering, dapat dikonsumsi, untuk yang basah dapat digunakan sebagai pakan ikan sebagai pengganti pellet karena magot mengandung protein yang tinggi untuk di jadikan pakan ternak burung, ayam juga pakan berbagai jenis ikan.
Kurniara Simajuntak memulai kegiatan ini sekitar 6 bulan yang lalu, dengan menggunakan media sampah organik basah berupa sisa buah, sayuran dan makanan.
“Saat ini saya biasa pesankan agar limbah sayur dan buah tersebut ditaruh ke goni kepada para pedagang di pasar Porsea, daripada membusuk bisa dimanfaatkan,” Kata Kurniara. (03/9/2020)
Setelah lalat BSF bertelur…………………….