Pulo Aceh | Postkeadilan – Rombongan Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Aceh Besar berada di pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh, pada Jumat (29/12/2023) pagi.
“Kami pagi ini akan menyebrang ke Pulo Aceh. Kita akan tengok madrasah yang ada di sana,” tutur Kepala Kankemenag Aceh Besar Saifuddin yang memimpin rombongan tersebut.
Saifuddin menjelaskan, kunjungan kali ini merupakan bagian dari program Sawue Sikula (Kunjung Sekolah). “Program ini bertujuan untuk memantau kondisi madrasah di Aceh Besar. Terutama, madrasah-madrasah yang ada di pulau terpencil salah satunya yang akan kita tengok, Madrasah Ibtidaiyah Negeri 47 (MIN 47) Pasi Janeng,” ungkapnya.
Untuk menuju ke lokasi tersebut, Saifuddin dan rombongan harus naik perahu kayu milik nelayan Pulo Aceh. “Transportasi ke lokasi terbatas dan ternyata tidak ada jadwal pelayaran di hari Jumat ini. Jadi kita harus ikut perahu nelayan Pulo Aceh yang sedang berada di dermaga Ulee Lheu,” terang Saifuddin.
Pulo Aceh sendiri merupakan sebuah kecamatan kepulauan paling barat Indonesia. Kecamatan kepulauan tersebut terdiri dari dua pulau yakni Pulau Nasi dan Pulau Breuh dan terdiri dari 17 desa. Kecamatan ini letaknya terpisah dengan kecamatan lain yang masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Aceh Besar.
Saifuddin mengisahkan, MIN 47 Pasi Janeng berada di Pulau Nasi, salah satu pulau yang berada di Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Madrasah ini, merupakan satu-satunya madrasah di kecamatan paling barat Indonesia tersebut.
“Saya sengaja membawa rekan-rekan ASN ke MIN 47 Pasi Janeng ini. Saya ingin jelang Hari Amal Bhakti (HAB) ke-78 Kemenag, rekan-rekan ASN juga merenungi, bakti apa lagi yang harus kita upayakan untuk masyarakat di daerah terpencil seperti Pulo Aceh,” papar Saifuddin.
Setelah 1,5 jam berlayar di tengah kondisi laut yang kurang bersahabat, Saifuddin dan rombongan pun tiba di dermaga Pulo Aceh. Lelah perjalanan terbayar dengan pemandangan indah di sana. Di pulau itu, juga terdapat mercusuar tua peninggalan kolonial yang dikenal dengan Willem’S Toren atau lebih dikenal dengan Mercusuar Pulo Breuh.
Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan dengan mobil bak terbuka menuju MIN 47 Pasi Janeng. Di madrasah yang memiliki 11 guru dengan 33 siswa tersebut, rombongan disambut dengan hangat.
“Kami juga membawa bingkisan dan beberapa hadiah untuk guru dan siswa di sana. Ini sebagai salah satu bentuk perhatian kami dan kehadiran Kemenag bagi masyarakat di sana,” kata Saifuddin.
“Tidak ada yang bisa menduga bisa jadi anak-anak dari Pulo Aceh akan menjadi pemimpin di masa mendatang, menjadi camat, bupati, gubernur dan profesi lainnya,”imbuh pria yang akrab disapa Yahwa ini di sela-sela penyerahan bingkisan.
Di Pulo Aceh, Kemenag Aceh Besar menggelar program Saweu Sikula (Kunjung Sekolah), penyerahan santunan untuk yatim piatu dan fakir miskin, safari Jumat di 6 masjid, bakti sosial, pelatihan petugas tajhiz mayat, dan kunjungan ke lahan lokasi KUA Pulo Aceh.
“Pulo Aceh bagian Aceh Besar dan terluar. Pulo Aceh dipilih agar kehadiran Kemenag lebih terasa dalam momen HAB ini, hampir seluruh fasilitas di Pulo Aceh sangat jauh dari layak sehingga kehadiran Kemenag dapat sedikit menberi gambaran pada semua ASN Kemenag bahwa masih ada daerah yang sangat minim fasilitas dari situ kita berharap akan tumbuh rasa syukur dan rasa empati sesama bagi semua ASN Kemenag,” kata Saifuddin.