Kesempatan berikutnya, seorang ulama, Ustadz Mula Hasibuan sempat mengeluhkan minimnya area parkir kendaraan di area TPU Al Karomah yang berlokasi tak jauh dari Kompleks BTN Citra Palem, Muara Bulian serta tidak disiplin para peziarah yang terlihat memarkirkan kendaraan di pintu gerbang makam. “Kami sangat senang melihat parkir Pak Bupati, karena ketika ada yang meninggal, banyak pelayat memarkir mobil dan motornya di dua sisi badan jalan. Takutnya pas ada yang lewat ada yang, akan merugikan pemilik juga,” katanya saat berseloroh.
Sebelum bupati memberikan tanggapan, Gus Inu, sapaan pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur’an (Darqis), mengingatkan hadirin semua melalui pantun klasik.
“Asam Kandis asam gelugur Ketiga asam si cemas-riang Menangis mayat di pintu kubur. Teringat badan tidak sembayang. Pantun ini sudah sangat jarang terdengar, namun pantun klasik ini sangat pas dengan kondisi saat ini,” ucap Gus Inu memulai pertanyaannya.
Sebelumnya, pertanyaan dan keluhan menggelitik, meluncur dari mulut seorang kader Posyandu yang telah berkiprah selama 15 tahun di Kelurahan Sridadi.
“Mulai Pak Bupati, kami di Sridadi sebagian besar petani sawit. Kabarnya pupuk subsidi mau dicabut, sementara harga sawit lagi anjlok, kami solusi dari Pak Bupati. Kemudian satu lagi Pak, saya kader posyandu 15 tahun. Sudah beberapa tahun ini sepeser pun kami tak insentif.Bagi kami untuk beli bensin dan tinta saja cukuplah,” beber Siti Maryam.