Jakarta, PostKeadilan – Diskriminasi disertai aksi rasisme terhadap sejumlah mahasiswa asal Papua di Surabaya dan Malang berbuntut panjang. Aksi tersebut memicu kemarahan beberapa pihak, termasuk organisasi kemasyakatan Generasi Baru Indonesia Maju ( GBIM ) yang baru baru ini sedang giat giatnya mengkampanyekan anti Radikalisme, Diskriminasi dan Rasisme.
Ketua Umum Generasi Baru Indonesia Maju ( GBIM ) Junaedi.SH. menyatakan mendukung aksi unjuk rasa yang digelar masyarakat Papua untuk menentang rasisme. Namun GBIM Menolak Dengan Tegas Demonstrasi Yang Berujung Anarkis Sehingga Mengakibatkan Perusakan Bagi fasilitas Fasilitas Negara yang ada Di beberapa Kota di Papua Barat .Ia meminta aksi-aksi itu dilakukan dengan damai.
“Saya mendukung demonstrasi damai, tapi saya tidak mendukung gerakan-gerakan anarkis di Papua. Papua adalah tanah damai, dan kita menjaga Papua sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi,” ujarnya.
Kepada penegak hukum Jawa Timur serta Pemerintahan Jawa Timur Junaedi menitipkan mahasiswa dari Papua yang saat ini sedang menempuh kuliah di Jawa Timur.
“Kepada Kapolda dan Pemerintahan Jawa Timur saya titipkan saudara – saudaraku dari Papua yang saat ini sedang menimba Ilmu di Jawa Timur,” Ucapnya.
Selain itu dia meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap tindakan rasis yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya.
“Semoga apolri dapat segera menangkap dan memproses orang-orang yang melakukan tindakan Diskriminasi dan Rasisme di asrama mahasiswa Papua di Surabaya sesuai dengan hukum yang berlaku di negara ini. Hukum punya wibawa dan harus di ditegakkan.” tegas Junaedi.
Masih kata Junaedi, meminta kepada semua Stakeholder yang ada Di Tanah Papua untuk bersama-sama mencari solusi strategis dalam menyelesaikan persoalan PAPUA.
“Kita Bersama sama menjaga keutuhan NKRI. Jangan mau kita dipecah belah dan diadu domba oleh sekelompok orang yang mau merusak dan menghancurkan NKRI. Negara kita ini adalah negara yang sangat besar yang mempunyai 714 suku. Maka untuk itu Indonesia menjadi kuat dan maju bersama Generasi Baru Indonesia Kuat,” bebernya.
Janaedi menyayangkan dugaan tindakan diskriminasi dan rasisme ini justru terjadi pada saat kita merayakan HUT -RI yang 74 .
“Saya menyayangkan dan sangat menyesalkan pernyataan negatif yang dilontarkan berbagai pihak ketika menyikapi dugaan perusakan bendera merah putih di Surabaya,” ungkapnya.
Namun di sisi lain, Junaedi mengapresiasi langkah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang mendinginkan suasana dengan meminta maaf.
“saya mengucapkan terima kasih kepada Gubernur, Khofifah Indar Parawansa yang telah meminta maaf secara terbuka terkait peristiwa di Surabaya. Dan ini perlu di contoh oleh kepala daerah yang lain, bahwa ini adalah bukti Pemerintah yang cepat tanggap dan juga bisa meredam suasana konflik agar tidak meluas,”Pungkasnya. (Polmn/red)