Psikologi masyarakat pedesaan dan perkotaan, menurutnya, mempengaruhi diversifikasi pangan pokok. Hal ini dipengaruhi juga oleh pola hidup masyarakat perkotaan dan pedesaan.
“Perlu dukungan moral dan psikologis serta kesiapan mental untuk mengubah pola konsumsi ke jenis pangan yang diwarisi oleh leluhur kita. Pemerintah perlu mereformasi strategi pangan rakyat, terutama karbohidrat, yang sangat berfokus pada beras. Produk pangan lokal seperti tiwul, papeda, titi, gethuk, dan sebagainya mestinya dapat dikelola menjadi produk unggulan bernilai jual tinggi,” katanya.
Ia menilai, diversifikasi pangan ini masih perlu proses yang panjang. Padahal sudah diamanatkan dalam regulasi Peraturan Pemerintah Ketahanan Pangan Nomor 68 tahun 2002 terkait diversitas pangan untuk konsumsi dengan gizi seimbang. (IPBMW/Zul/Binsar)