Bantul, PostKeadilan – Terkait Intoleransi yang terjadi di Bantul, berbagai masyarakat Netizen protes keras. Pasalnya, sejumlah warga Bantul lakukan aksi larangan upacara Umat Hindu.
Kabar beredar, warga berupaya mengganggu Piodalan, upacara keagamaan umat Hindu di Dusun Mangir Lor, Desa Mangir, Kecamatan Pajangan Bantul, Selasa (12/11/2019).
Piodalan adalah doa leluhur yang mengakar dalam tradisi Hindu Bali.
Piodalan di Mangir Lor digelar untuk memperingati wafatnya Mahalingga Padma Bhuwana Manggir.
Upacara tersebut sedianya digelar selama dua sesi sejak pukul 13.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Menurut keyakinan umat Hindu, mendoakan leluhur setahun sekali, atau istilahnya haul.
“Upacara ini sudah digelar rutin tujuh kali,” kata Ananda Ranu Kumbolo, anak Utiek Suprapti, pemilik rumah yang dijadikan tempat Odalan.
Nanda mengatakan upacara dengan berbagai sesaji itu awalnya berjalan dengan baik sejak pukul 13.00 WIB, diisi dengan doa-doa.
Di sela-sela upacara, warga berkumpul di sekitar jalan masuk lokasi dan mencegat tamu-tamu dari berbagai daerah yang datang ke lokasi upacara.
“Ketika ada umat Hindu mau masuk ke tempat kami kendaraan dicegat dan disuruh pulang,” ungkapnya.
Kemudian sekitar pukul 15.00 WIB, datang Kapolsek Pajangan AKP Sri Basariah untuk menyampaikan keberatan warga atas upacara keagamaan tersebut.
Sri Basariah menganggap situasi sudah tidak kondusif. Kapolsek ini meminta panitia acara menyudahi prosesi upacara keagamaan. Permintaan itu dipenuhi panitia.
Menurut Nanda upacara mendoakan leluhur itu sudah rutin digelar dan selalu mengundang tamu dari luar Bantul.
Panitia juga sudah memberitahukan acara tersebut kepada warga, pengurus RT hingga kepolisian.
“Pengurus RT sudah mengizinkan karena tetangga kanan kiri sudah tidak mempersoalkan,” terang Nanda.
Namun, prosedur itu terganjal di meja Kepala Dusun Mangir Lor.
“Alasannya [kepala dusun] ingin mengayomi masyarakat karena banyak warga yang tidak setuju,” bebernya.
Utiek Suprapti mengatakan upaya mengurus izin rumah ibadah selalu ditolak.
Utiek lahir di Dusun Mangir hingga lulus SMA. Ia kemudian pindah ke Bandung Jawa Barat dan kembali lagi ke Dusun Mangir Lor pada 1998. Baginya meski beragama Hindu, banyak saudaranya dan tetangganya yang muslim.
Sejauh ini ia merasa hubungan dengan saudara dan tetangga yang berlainan agama tidak masalah.
“Justru kami saling membantu dan menghormati ketika ada acara.”
Ia heran dengan warga yang menolak Piodalan.
“Saya mohon difasilitasi dan sosialisasi tentang keberadaan kami, sejak sembilan tahun lalu belum pernah difasilitasi pemerintah,” ucap Utiek.
Menurut dia, sudah empat kali rumahnya didemo sejak rumahnya sering dipakai untuk beribadah pemeluk Hindu.
Menanggapi kejadian itu, ribuan Netizens rame-rame beri komentar. Hampir semua sesalkan dan mengutuk kejadian penolakan itu.
Berawal dari Akun Facebook Susanti Irayanati share Video dan cuitan demikian: Selasa 12 nov 2019 pkl 15.45 kami umat minoritas hindu, buddha dll sedang upacara mendoakan leluhur di maha lingga padma buana Ds Mangir, Pajangan, Bantul (rumah bu utiek) harus bubar krn diminta polsek Pajangan atas desakan 6-10 warga yg tidak setuju ada ibadah di rumah & blm ada ijin. Mengapa kami tidak dilindungi utk beribadah yg cuma setahun sekali? Justru aparat jadi corong segelintir warga membubarkan upacara sembahyang kami.
Cuitan itu pun langsung direspon.. (Hardi/Tim)