Di dalam jiwa manusia merdeka terdapat utuhnya manusia. Manusia yang utuh adalah manusia yang memiliki pikiran (cipta), perasaan (rasa), kemauan (karsa) dan tenaga (pekerti). Ilustrasi yang mungkin tepat menggambarkan hubungan antara pikiran, perasaan, kemauan dan tenaga adalah bahwa ‘interaksi’ antara pikiran dan perasaan akan menghasilkan kemauan yang kemudian dari kemauan yang muncul ini diwujudkan dalam bentuk perilaku/pekerti. Motivasi eksternal membuat interaksi antara pikiran dan perasaan ‘terdistorsi’. Akibat distorsi ini, pikiran atau perasaan sudah tidak digunakan lagi sehingga menghasilkan pemikiran/pertimbangan yang tidak bijaksana. Yang menjadi fokusnya adalah bagaimana supaya ia tetap mendapat hadiah atau bagaimana caranya agar ia tidak mendapat hukuman.
Motivasi instrinsik menghasilkan ‘interaksi yang jernih’ antara pikiran dan perasaan sehingga menghasilkan pemikiran yang jernih sekaligus kokoh. Pemikiran yang jernih dan kokoh ini selanjutnya menghasilkan kemauan yang juga kokoh untuk kemudian diwujudkan dalam bentuk perilaku yang juga kokoh, yaitu perilakunya manusia merdeka. Begitu kokohnya kemauan manusia merdeka sampai-sampai, menurut Ki Hadjar Dewantara, mereka (manusia merdeka) dapat menegakkan (mendisiplinkan) diri sendiri, tertib mengatur perikehidupannya, sekaligus tertib mengatur hubungan mereka dengan kemerdekaan orang lain.
Memiliki siswa yang memiliki motivasi intrinsik untuk belajar (merdeka belajar) adalah dambaan tidak hanya semua guru melainkan juga negeri ini. Gambaran siswa tersebut antara lain adalah mereka belajar dengan penuh syukur dan bahagia karena keputusan untuk belajar adalah keputusan yang dipilih sendiri oleh mereka setelah mereka mempertimbangkan pentingnya ilmu pengetahuan yang mereka pelajari ini di dalam kehidupan mereka. Selain itu mereka juga akan bersungguh sungguh dalam menjalani proses belajarnya, berani mencoba memperaktikkan pengetahuan yang didapatnya dan berkembanglah kemampuan berpikir kritisnya. Mereka juga akan disiplin karena mereka begitu sangat menghargai waktu dan kesempatan belajarnya sehingga sangat tidak ingin jadwal mereka jadi berantakan. Siswa merdeka juga dapat menghargai kemerdekaan orang lain dan menampilkan sikap hormat kepada orang lain. Pendek kata siswa merdeka memiliki karakter beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, berpikir kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebhinekaan global.