“Kami terkadang juga kasihan Pak, kami turun naik tangga untuk keluar tembok. Listrik sudah dicabut. Cucu bersekolah juga menaiki tangga. Dan sangkin kasihannya pak, anak saya yang lagi hamil juga naik tangga darurat ini kalau periksa kandungan”, kata Bu Samsia dengan meneteskan air mata.
Open menjelaskan, kami warga juga sempat mendapatkan intimidasi dari TNI di lahan tersebut untuk tidak mengerjakan lagi lahan. Namun karena memang warga bergantung dari lahan pertanian tersebut dan mereka tidak bisa tidak mengerjakan lahan pertanian itu.
Ibu Wasita Silalahi bercerita sedikit mengenai lahan yang sedang dikerjakan sudah layak panen pertanggal 16 September kemaren. Padi pada musim ini lebih baik dari padi tahun lalu, sehingga kemungkinan harga padi saat ini lebih mahal dari sebelumnya. Dan juga warga sudah sebagian mengutang untuk mengelola tanaman padi itu.
“Dari pihak Kantor Desa juga angkat tangan dalam masalah ini. Tidak ada solusi yang bisa diberikan. Kami sudah mengkordinasikan dan melayangkan surat permohonan pun tidak ada tanggapan dari mereka”, tandas Open.
Bu Samsiah menambahkan, “Kiranya kami dapat memanen hasil padi yang sudah kami tanam pak. Biar kami juga bertahan hidup karena kebetulan harga beras lagi naik pak. Darimana kami dapat uang lagi kalau tidak dari hasil panen kami Pak?”