Bekasi, PostKeadilan – Keributan warga Desa Mekar Wangi Kec. Cikarang Barat terkait tanah kuburan Mede yang ‘diserobot’ oleh pihak PT Yasenli dan atau PT Bekasi Fajar, dibicarakan dalam pertemuan bertempat di Kantor PT Bekasi Fajar, Selasa (26/9/2017) siang.
Pada pertemuan musyawarah itu, hadir GM MM 2100 Darwoto, Pimpinan PT Bekasi Fajar, Hendra Lesmana dan jajarannya serta perwakilan dari pihak PT Yasenli. Sementara dari pihak warga, hadir Ketua BPD Desa Mekar Wangi, Suta Miharja, tokoh agama Ust. Khoeraudin, para tokoh masyarakat desa Mekar Wangi dan Ketua GIBAS Kec. Cikarang Barat Taman SW. Dalam acara itu juga terlihat beberapa anggota Polsek Cikarang Barat.
Namun pada acara penting itu, pimpinan pemerintahan Desa yakni Kepala Desa Mekar Wangi, Subur Kusnandi tidak memperlihatkan batang hidungnya.
Acara tersebut dibuka Darwoto yang dilanjutkan langsung oleh Hendra. “Saya selaku pimpinan Bekasi Fajar mengucapkan terima kasih atas kehadiran bapak-bapak sekalian. Saya sangat berharap dalam pertemuan ini kita dapat jalan terbaik penyelesaian konflik kemarin,” buka Hendra.
Seperti diketahui, warga ribut dengan pihak PT Yasenli yang melakukan pengerukan tanah kuburan Mede yang terletak di Jalan Selayar Mekarwangi Kecamatan Cikarang Barat. Warga mengklaim bahwa tanah kuburan itu adalah tanah kas desa milik warga Desa Mekarwangi.
Keributan pada Jumat (22/9/2017) siang itu terekam video warga. Terlihat Ketua Karang Taruna Desa Mekarwangi Solihin alias Bodong mempertanyakan kepada pihak PT Yasenli, atas dasar apa melakukan pengerukan tanah. Pihak PT Yasenli yang ada dilapangan sebut atas seijin pihak PT Bekasi Fajar. Informasi yang dihimpun, PT Bekasi Fajar adalah pengembang kawasan MM 2100.
Selang beberapa menit, hadir orang yang mengaku dari pihak PT Bekasi Fajar. Orang tersebut membantah pihak PT Yasenli. Keributan tersebut dilerai dan dibubarkan Ketua GIBAS Cikarang Barat, Taman SW yang dibantu pihak Kepolisian Sektor Cikarang Barat yang hadir pada saat itu.
Malam harinya, ratusan warga lakukan rapat di rumah Bodong. Pertemuan rapat warga tersebut dihadiri Kapolsek Cikarang Barat, Kompol Hendrik Situmorong dan jajarannya serta anggota Koramil setempat dan Kepala Desa Subur.
Subur menerangkan bahwa sudah berulang kali di panggil PT Bekasi Fajar. “Saya sudah berulang kali dipanggil ke Kantor Bekasi Fajar. Saya sudah menjelaskan bahwa tanah kuburan Mede memang bukan tanah kas desa, melainkan tanah desa milik warga yang dijadikan tempat pemakaman. Dari turun temurun adanya seperti itu,” ucap Subur, Jumat (22/9/2017) malam.
“Secara kepemerintahan desa, saya sudah pernah mengadakan rapat terkait itu. Namun warga tetap tidak setuju,” imbuhnya.
“Sampai sekarang, saya belum pernah mengeluarkan persetujuan apapun terkait tanah kuburan Mede kepada pihak Bekasi Fajar,” tutup Subur.
Ketua GIBAS, Taman SW ceritakan kronologis kejadian yang dialaminya. “Saya dilaporkan warga, Ketua, tanah kuburan diserobot. Datanglah saya bersama anggota dan warga lainnya. Disana pihak Yasenli dan Bekasi Fajar saling lempar. Tidak ada kejelasan. Menghindari kegaduhan, ya kita stop. Kita bubarkan semua,” beber Taman singkat.
Halnya Kapolsek Hendrik, mengapresiasi warga. “Saya berterimakasih atas kedewasaan warga yang tidak melakukan tindakan kekerasan,” ucap Hendrik tersenyum mencairkan suasana malam itu yang terlihat tegang.
Hendrik berjanji akan memanggil pihak-pihak yang terlibat dalam kejadian. “Saya akan segera memanggil mereka. Kita akan mempelajari tentang status tanah tersebut. Percayalah sama kami, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Semua pasti ada jalan keluarnya,” pungkas Melati satu ini.
Dan dalam pertemuan Selasa (26/9/2017), Hendra mengaku khilaf. “Kami dari pihak Bekasi Fajar mohon maaf atas kejadian. Saya pribadi mengaku khilaf. Padahal saya sudah lama menginginkan kedekatan seperti ini dengan warga,” ungkap dia.
“Kami berjanji akan mengembalikan posisi tanah bagaimana seperti posisi semula. Secepatnya,” putus Hendra.
Sedemikan pimpinan kawasan MM 2100 Darwoto. Kepada PostKeadilan mengatakan menyesalkan kejadian tersebut. “Kita berharap kejadian ini tidak terulang ke depannya. Sesegera mungkin tanah Mede diperbaiki sebagaimana mestinya,” kata Darwoto.
Usai acara, awak media ini temui Subur Kusnandi. Dipertanyakan keberadaan dia dimana ketika acara pertemuan, Subur sebut ada. “Saya tadi ada,” dalihnya.
Ketika dipertanyakan kapan dan berapa kali Subur datangi Kantor Bekasi Fajar sebelum kejadian, Subur terlihat mengelak. “Maaf bang, saya buru-buru ada pertemuan lagi nih,” putusnya. Bersambung.. Simare/Herman