c) Pendekatan Integritas
Seorang gembala sidang harus memiliki integritas ketika menyangkut pelayanan dan pemberitaan Firman Tuhan. Integritas. Seorang pemimpin yang memiliki integritas membangun trust dengan menunjukkan kepada orang lain bahwa apabila diperhadapkan dengan tantangan moral, segala keputusan dan aksinya dapat diprediksi (Markus Sudjarwo, 2019). Budisatyo Tanihardjo (2017) berpendapat bahwa Integritas seorang pemimpin rohani atau gembala sidang harus teruji, karena seorang gembala sidang atau pemimpin rohani adalah pemimpin yang patut dituruti perkataannya, patut ditiru dan dicontoh atau diteladani perilakunya. Seorang gembala haruslah orang yang tidak bercacat, memiliki karakter Kristen yang baik, memiliki rumah tangga yang baik, memiliki nama baik di luar sidang (1Tim. 3:1-7; Tit. 1:5-10). Dengan integritas yang baik, seorang gembala dapat menunaikan tugas pelayanannya dengan baik, sesuai kehendak Tuhan.
Yesus kristus sebagai model kepribadian berintegritas yang seimbang dan integral. Dari teladan Yesus, integritas penting dalam kepemimpinan sebab integritas menjadikan seorang pemimpin diterima, dihargai, dan dipercaya (Katarina& Siswanto,2018:91).
Kualifikasi seorang gembala jemaat yang berintegritas berhubungan dengan kepribadiannya adalah: Dapat menahan diri (1 Tim. 3:2; Tit. 1:8), pendirian dan keyakinannya tidak goyah (luntur) ketika menghadapi keadaan buruk, persoalan maupun kesulitan; Bijaksana (1 Tim. 3:3; Tit. 1:8), memiliki keseimbangan pikiran, tak pernah terpengaruh oleh hal-hal yang ekstrim; Suka akan hal yang baik (Tit. 1:8), mencintai akan semua hal yang baik dan yang berkenan kepada Allah, seperti: kebenaran, kejujuran, keadilan, tidak suka memfitnah, tidak mencintai uang; Adil (Tit. 3:8), tidak memihak dan tidak bertindak menurut prasangka, memiliki tabiat yang benar terhadap Tuhan dan manusia, tulus ikhlas; Saleh (Tit. 3:8), mematuhi perintah dan peraturan-peraturan Allah, menjadikan Kitab Suci patokan hidup; Bukan peminum (1 Tim. 3:3; Tit. 1:7), tidak minum minuman keras; Bukan hamba uang (1 Tim. 3:3), artinya tidak serakah (Tit. 1:3), tidak mencintai uang dan tidak menutupi segala macam dosa yang berhubungan dengan uang, tidak mencari keuntungan secara yang hina atau buruk, karena cinta uang adalah akar segala dosa (1Tim. 6:10).
Pendekatan integritas dalam memanfaatkan teknologi, seperti: media sosial akan dapat menjadi sarana yang efektif dalam menyampaikan kebenaran Firman Tuhan sehingga mampu mendidik warga jemaat untuk menjadi orang Kristen yang unggul secara rohani dan teknologi dengan menjaga komitmen kekudusan, keterbukaan dan karakter Kristus.
d) Pendekatan Azas Manfaat
Dalam kehidupan warga jemaat dan gembala sidang di era revolusi industri 4.0 melakukan komputerisasi, digitalisasi, dan sistem pelayanan on-line. Dunia digital memiliki pengaruh besar yang harus dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk pelayanan, pemuridan dan misi. Konsep ini melihat teknologi sebagai kekuatan yang berpotensi untuk berkontribusi dalam mengatasi berbagai tantang terbesar dunia, kemudian menyediakan gereja dengan lebih banyak sumber, sarana dan peluang untuk menjangkau lebih banyak orang dengan Injil (Cloete, 2015:2).
Octavianus (2018:68) mengemukakan bahwa ada aplikasi “yesHeis” telah memberi manfaat untuk kepentingan pelayanan Kristen, kemudian secara tidak langsung mendorong pemanfaatan teknologi untuk yang lebih positif. Pendekatan azas manfaat menekankan pada gembala sidang untuk terus memodernisasi diri agar bentuk dan cara pelayanannya semakin dekat dan akrab dengan umat yang sejenakpun tidak bisa dilepaskan dari gadget-nya. Kebermanfaatan teknologi menurut Gibbs dalam buku Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang yang dikutip oleh Abialtar Pappalan (Abialtar Pappalan, 2019) sebenarnya tidak perlu menjadi sesuatu yang menakutkan, justru pemimpin Kristen perlu berkenalan dengan perkembangan teknologi baru sehingga memahami kebermanfatannya.