Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Bekasirubrik

Kepemimpinan Gembala Sidang Di Era Revolusi Industri 4.0

12
×

Kepemimpinan Gembala Sidang Di Era Revolusi Industri 4.0

Sebarkan artikel ini

Bekasi – PostKeadilan Kepemimpinan Gembala Sidang Di Era Revolusi Industri 4.0
Oleh Dr. Adolf Bastian Butarbutar, M.Th

Abstrak

Kepemimpinan gembala sidang di Era Industri 4.0, dimana perkembangan teknologi semakin berkembang dan tidak dapat dihindari namun harus disikapi dengan positif. Oleh karena itu artikel ini memberikan arahan bagi para gembala sidang untuk memberdayakan teknologi yang canggih di era revolusi industri 4.0. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah literature yang menganalisa menganalisa tentang era revolusi industri 4.0, dan diuraikan secara deskriptif dan sistematis. Penulis mengusulkan bagi para gembala sidang dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dengan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan spiritual, pendekatan edukatif, pendekatan integritas, pendekatan azas manfaat dan pendekatan humanistik.
Kata kunci: kepemimpinan, gembala sidang, era revolusi industri 4.0

Pendahuluan

Kualifikasi rohani pelayan Tuhan bukan sesuatu yang mudah dipenuhi oleh pemimpin Kristen namun diperlukan suatu dinamika yaitu kekuatan Ilahi dari Kristus yang dapat memberikan kemampuan bagi hamba Tuhan sehingga Allah mengubah sikap dan sifat menjadi lebih menarik. Pemimpin yang berintegritas adalah pemimpin yang selalu mematuhkan hidupnya dengan Firman Tuhan, bergantung penuh pada pimpinan Roh Kudus, mengusahakan karakter yang baik, dan selalu menunjukkan sikap kerendahan hati (Ezra Tari, dkk, 2019). Janwar dan Dylmoon (Janwar J.J & Dylmoon H, 2017) mengartikan bahwa Kepemimpinan yang diajarkan oleh Kristus adalah kepemimpinan yang menebus (redemptive leadership) yaitu kepemimpinan yang menerapkan konsep penebusan yang dilakukan Kristus sehingga orang lain memperoleh kesembuhan, pemulihan, dan transformasi dan dapat memenuhi tujuan Allah dalam hidup mereka. Sebab gereja mengharapkan seorang pemimpin atau pelayan Tuhan yang memiliki potensi rohani yang baik dengan penuh urapan dan tanggungjawab dalam memelihara pertumbuhan rohani jemaat kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi.

Kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan sebuah gereja (Objantoro, 2017:123). Kemudian Mawikere (2018) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan faktor yang tidak pernah mengenal kadaluarsa di dunia ini, sebab pemimpin-pemimpin adalah isu dari perubahan yang terjadi di dunia ini.

Yesus adalah seorang pemimpin dengan kasih, kerendahan hati, integritas dan berhati hamba sehingga para murid dan pengikut-Nya terpengaruh oleh perkataan-Nya. Robinson (2014:91) mengungkapkan bahwa Yesus memberikan teladan dalam kepemimpinan-Nya yaitu lebih menekankan kasih agape. Yeakley (2013:41) memaparkan bahwa kasih agape adalah kualitas karakter dasar seorang pemimpin rohani. Kepemimpinan Kristen memerlukan kasih agape sebagai landasan dalam memimpin karena seorang pemimpin yang memiliki kasih agape akan berusaha memberikan yang terbaik dalam hidupnya bagi orang-orang yang dipimpin serta memiliki kedewasaan dalam mengambil keputusan. Katarina & Krido mengutip Swindoll (Katarina & Krido Siswanto, 2018) menjelaskan mengenai “Kasih sejati mengatakan kebenaran. Orang yang sungguhsungguh menyatakan kasih sejati, membuktikan dengan kata-katanya, yang penuh dengan kesungguhan dan ketulusan.”

Departemen Kependetaan Gabungan Gereja Baptis Indonesia (2017 : 65) mendefinisikan gembala Sidang adalah seorang yang mendapat kepercayaan dari Tuhan melalui sebuah gereja setempat untuk menjadi pemimpin dan penggembala bagi sidang atau jemaat di gereja setempat tersebut dengan integritas dan setia untuk melaksanakan Amanat Agung. Seorang Gembala Sidang adalah seorang yang bersedia dengan sungguh – sungguh menggembalakan sekumpulan umat untuk mewujudkan misi-Nya bagi dunia. Natan Prajogo (2019) menegaskan bahwa seorang gembala sidang harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai melayani sesuai 1 Petrus 5:2-10. Demikian halnya Irwanto mengutip Andrew W. Blackwood (Irwanto Sudibyo, 2019) mengatakan bahwa seorang gembala sidang harus berani, seperti seorang pendeta tentara di medan perang.

Dalam Alkitab mengatakan, “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan” (Ams. 1 : 5). Allah menghendaki manusia untuk selalu mengembangkan diri dengan mengandalkan Roh Kudus, menambah ilmu pengetahuan dan teknologi sebab Tuhan sendiri yang memberikan pengertian dan pengetahuan, keahlian, dalam berbagai pekerjaan kepada seseorang (Kel. 35:31).

Salah satu pilar kepemimpinan gembala sidang yang efektif adalah menjadi pemimpin yang transformatif, yaitu menjadi agen perubahan (Ronda, 2016 : 171 – 177).

Pemimpin yang transformatif adalah seorang pemimpin harus mempengaruhi dan tindakan orang bagi organisasi yang dipimpinnya, oleh karena itu gembala sidang harus memiliki visi dan misi yang jelas serta siap membawa perubahan yang relevan dalam zamannya.

Pertumbuhan suatu gereja dalam menjalankan revolusi industri 4.0, turut ditentukan oleh kualitas dari gembala sidang. Para gembala sidang dituntut menguasai teknologi baru dan tantangan global. Dalam era revolusi industri 4.0 seluruh entitas dapat saling berkomunikasi secara real time kapan saja dengan berlandaskan pemanfaatan teknologi internet dan Cyber Physical System (CPS) guna mencapai tujuan, yaitu kreasi nilai baru atau optimasi nilai yang sudah ada dari setiap proses di industri (Prasetyo dan Sutopo, 2018: 19).

Dengan demikian, ada beberapa hal yang perlu gembala sidang lakukan dalam penggunaan teknologi yang sesuai dengan iman Kristen, yaitu: 1) Allah adalah sumber pengetahuan (Ams. 1:7) “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan”. Dalam hal ini, pengetahuan itu bersumber dari Tuhan dan teknologi memiliki keterbatasan karena itu orang Kristen harus memiliki sikap diri yang takut akan Tuhan sehingga akan menghasilkan pengetahuan yang benar serta dapat menggunakan pengetahuan tersebut dengan bijak untuk mengabdi kepada Tuhan dan kebaikan bagi sesama; 2) Orang Kristen harus dapat menguasai teknologi dan bukan dikuasai oleh teknologi sesuai tertulis dalam 1 Kor. 6:12 : “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak akan membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.” Dalam hal ini, teknologi hasil dari akal budi manusia diizinkan digunakan untuk mengupayakan kebaikan dan kesejahteraan hidup manusia Djoys Anneke, dkk, 2019).

Tantangan terbesar era revolusi industri 4.0 adalah percepatan perubahan teknologi yang berpengaruh dalam setiap kehidupan. Diperlukan kematangan strategi dan kekuatan mental untuk dapat bersaing dalam kompetisi global. Terobosan dalam berbagai inovasi agar dapat melahirkan generasi bangsa cerdas, berkualitas dan kompetitif perlu dilakukan. (Ristekdikti, 2018). Dalam menghadapi Era revolusi industri 4.0, para gembala sidang dituntut untuk berperan secara aktif dan inovatif dalam menguasai teknologi, dunia maya, dan big data. Tuntutan peran bagi gembala sidang adalah dalam menerangkan, menerapkan dan memecahkan masalah yang dihadapi jemaat di era revolusi industry 4.0.

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.