Sumut, PostKeadilan – Pengerjaan proyek pembangunan prasarana pengendalian banjir Sungai Asahan oleh Kemeterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Balai Wilayah Sungai Sumatera II, PPK Sungai dan Pantai I yang dikerjakan PT Basuki Rahmanta Putra, dibidik Nasional Corruuption Watch (NCW).
Pasalnya, berdasarkan keluhan masyarakat sekitar pembangunan, galian proyek pengerjaan saluran di kawasan tersebut dikerjakan tanpa mengedepankan keselamatan warga dan pengguna jalan, demikian disampaikan Ketua DPW Nasional Corruuption Watch Sumatera Utara, Herman Parulian S.Pd.
“Hasil investigasi kita di lapangan, dugaan kuat pihak kontraktor menyalahi aturan pekerjaan. Seharusnya pihak kontraktor mengedepankan pengamanan,” kata Herman kepada PostKeadilan di kantin kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Medan, Selasa (15/11/2017).
“Yang kami khawatirkan ini kan galiannya cukup dalam. Kalau siang saja ada yang kaget, pengendara roda dua rem mendadak karena ada galian. Nah kalau malam kurang terlihat,” cerita Herman.
Seharusnya, menurut Herman, dalam setiap proyek yang sedang dalam pengerjaan dipasang pengamanan. Bisa pembatas jalan, bisa pula dengan bentuk papan peringatan yang bisa menyala saat malam hari.
“Lha di sana tidak ada pengamanan, Kan ada pengamanan standar yang harus dipatahui dalam pengerjaan fisik proyek,” imbuhnya.
Hal warga sekitar pembangunan, mengatakan kondisi kawasan memang sedang banyak galian. Warga mengaku senang jika ada pembangunan yang nantinya berdampak positif bagi lingkungan tempat tinggalnya. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa keselamatan anak-anak dan pengguna jalan di kawasan tempat tinggalnya juga penting.
“Yang kami khawatir jika pengamanan tidak benar adalah anak, anak yang naik sepeda. Beberapa kali ada anak jatuh terpelesat karena tergelincir,” ungkap warga yang enggan sebut nama kawatir bermasalah bagi dirinya suatu hari nanti.
.
Oleh sebab itu agar tidak sampai terjadi kejadian yang tidak diinginkan, Ketua DPW NCW Herman ingin agar pengerja proyek melakukan pengamanan yang standar.
“Pembangunan proyek itu sudah berjalan 2 tahun. Ya dipagari mengelilingi galian lah. Ini kan galiannya dalam. Kalau ada yang terpeleset, atau jatuh karena tidak ada peringatan kan kasihan. Bahaya,” putus Herman.
Diminta klarifikas kepada Site Manager proyek itu, Tonggo Butar-Butar akui telah bertemu dengan Herman. Sebagai penanggung jawab bidang perencanaan teknis dan pengendalian operasional, Tonggo sebut sedang lakukan pemagaran.
“Ya kami memang mendapat teguran dari pak Herman Ketua DPW NCW itu. Sekarang ini kami telah lakukan pemagaran.” terang Tonggo melalui telepon seluler miliknya, Kamis (16/11/2017).
Diminta bukti foto pemagaran yang dimaksud Tonggo via WA, hingga berita ini di lansir, foto itu belum juga masuk.
Dihubungi kembali Herman via HP, Herman tambahkan info bahwa ketika ketemu Tonggo, dirinya ditawari uang Rp. 500 ribu. Sontak saja Herman berang. “Saya disodorkan uang lima ratus ribu. Saya bilang, emang saya pengemis,” ujar Herman di ujung HP dia, Kamis, (16/11/2017).
“Saya sangat menyesalkan perilaku Tonggo demikian. Kini kami lagi membidik kinerja para pihak yang terkait dengan proyek itu bang,” pungkas dia. TIM