Untuk mewujudkan profil siswa yang memiliki semangat merdeka belajar, maka yang perlu diperhatikan: pertama, guru perlu memiliki semangat merdeka mengajar yaitu guru yang semangat mengajarnya berasal dari motivasi instrinsik guru tersebut. Guru menyadari peran penting profesinya bagi peradaban bangsa ini ke depan. Kesadaran akan pentingnya peran guru ini membuat sang guru melakukan refleksi kritis terhadap pembelajaran yang dilakukannya dan memiliki energi untuk terus belajar mencari tahu strategi mengajar yang efektif untuk siswa siswanya.
Yang kedua, guru dapat menggunakan beberapa ‘soft devices’ dalam memberikan pelayanan bagi siswa dalam Pendidikan yang memerdekakan, yaitu:
1. Profil Pelajar Pancasila
Profil pelajar pancasila berisi butir butir capaian karakter yang dapat digunakan guru di dalam setiap pembelajaran di kelas. Profil Pelajar Pancasila memiliki enam dimensi, yaitu beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, berpikir kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebhinekaan global. Setiap dimensi di dalam profil Pelajar Pancasila ini terdiri atas beberapa elemen dan pencapaiannya dirinci dalam bentuk sub-sub elemen. Di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, profil pelajar pancasila adalah ‘atmosfer’ yang memenuhi setiap ruang-ruang aktivitas di sekolah, mulai dari ‘selasar’ hingga ruang ruang kelas. Artinya, guru dapat mencermati sub sub elemen di dalam profil pelajar pancasila dan menjadikannya ‘ruh’ dalam aktivitas pembelajaran di kelas dan di sekolah.
2. Projek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila
Projek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila adalah pembelajaran projek yang berbasis pada pengembangan sub sub elemen di dalam Profil Pelajar Pancasila. Di dalam penerapan kurikulum merdeka, 25-30% dari waktu KBM aktif yang tersedia, dialokasikan untuk Projek Pengembangan Profil Pelajar Pancasila. Kegiatan projek ini sangat menarik dan menantang nalar dan daya kritis siswa karena bukan hanya membahas sebuah isu yang nyata terjadi di lingkungan mereka namun juga terlibat memberi solusi atas permasalahan yang terjadi. Siswa terlibat mulai dari tahap perencanaan projeknya hingga tahap pelaksanaan aksi nyatanya.