Beberapa warga yang ia pernah temui seperti desa pHitetano, Natumingka, Janjimaria, Simare, Parsoburan barat dan Matio merasa senang karena pernah menerima uang puluhan bahkan ratusan juta rupiah karena kerjasama dengan perusahaan terbesar di Sumatera ini.
“Warga terima bersih hasil dari lahan mereka. Sementara penanaman, pengolahan dan pemanenan dikerjakan perusahaan tanpa membuat pemilik lahan repot. Warga hanya bagi hasil” terang Albiner.
Albiner mengakui jika tidak semua warga Habornas yang bisa merasakan dampak perusahaan. Beliau juga mengakui jika masih banyak kekurangan perusahaan yang harus dibenahi tetapi tidak harus menutup TPL.
Albiner mengaku heran jika ada orang atau kelompok yang meminta TPL tutup. “Saya mencurigai ada kepentingan-kepentingan lain dibalik aksi itu yang meminta perusahaan tutup. Sama seperti jika tubuh kita. Jika tangan kita sakit, kita obati, bukan malah kita tebas tangannya. Jika pihak TPL ada kekurangan, mari kita benahi. Saya tidakp psetuju ditutup karenap ppmasih banyak masyarakat Toba menyekolahkan dan bisa memiliki rumah dari TPL” terang Albiner mengakhiri.