Scroll untuk baca artikel
Example floating
Example floating
Example 728x250
Headline NewsJakartapendidikan

Komnas PA:TOLAK SEKOLAH TATAP MUKA

5
×

Komnas PA:TOLAK SEKOLAH TATAP MUKA

Sebarkan artikel ini

Apapun alasannya, lanjut pemuda kelahiran Siantar itu, zona hijau kah, kuningkah, orangekah atau warna lainnya, jangan berlakukan anak sebagai kelinci percobaan atas serangan virus corona.

“Siapa yang bisa menjamin di zona hijau sekalipun virus corona tidak mewabah. Hari ini situasinya hijau, hitungan detik bisa berubah begitu cepat menjadi merah atau kuning,” tegas Arist

Lebih jauh pria berambut kuncir ini menyoal, menjadi pertanyaan siapa yang sesungguhnya yang menentukan suatu wilayah mempunyai predikat sebagai zona hijau, merah, kuning dan orange.

Pertimbangan lain, mengapa Komnas Perlindungan Anak menolak Sekolah tatap muka, dalam kontek hak asasi, setiap anak mempunyai hak hudup dan hak atas kesehatan.

Disinilah pemeritah dituntut hadir untuk memberikan perlindungan kepada anak dalam situasi darurat pendidikan, bukan juga melakukan ekspremimen atas serangam virus corona.

Demikian juga jika dilihat dalam sudut pandang Konvensi PBB tentang Hak anak situasi pendidikan kita saat ini dalam situasi darurat pendikan (education emergency).

Pertimbangan lain mengapa Komnas PA bersikap menolak Sekolah Tatap Muka, mengutif sumber data resmi dari Pemerintah, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa sekitar 100 hingga 200 anak-anak terkonfirmasi positif covid 19 per harinya dan datanya terus fluktuasi.

Direktur pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa Kementerian Kesehatan Dr. Fidiansjah menyebutkan data per tanggal 02 Agustus 2020 sebanyak 8.3% kasus positif covid 19 terjadi pada anak atau total 9.390 kasus positif anak usia 0 -18 tahun dari sejumlah itu 8.1% dirawat di rumah sakit 8,7% dan 1,9% meninggal dunia katanya lalui teleconference kepada sejumlah media di Jakarta.

Fidiansyah mengatakan berdasarkan tren kasus positif covid 19 yang dialami oleh anak tetap sehat Juli- 2 Agustus 2020 angkanya fluktuatif dengan paling rendah 101 kasus per hari dan terbanyak 213 kasus per hari.

FIrdiansyah menambahkan dampak covid 19 tidak hanya berimplikasi langsung pada kesehatan anak tetapi juga pada psikososialnya.

Pada masa pandemic covid 19 anak juga memiliki risiko terhadap gangguan kesehatan jiwa anak. Karena dampak tidak langsung dari covid 19 seperti efek belajar dan rumah hingga tidak mendapatkan perhatian dari orang tua.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, 47% anak merasa bosan tinggal di rumah, 35% khawatir ketinggalan pelajaran, 15% merasa tidak aman, dan 34% merasa takut terinfeksi Virus covit 19, 20% merindukan teman-temannya dan 10% merasa khawatir terhadap penghasilan orang tua yang mulai berkurang.

Dari penerapan sistem pembelajaran jarak jauh tersebut Kemenkes mencatat sebanyak 32% anak tidak mendapatkan program belajar dalam bentuk apapun, sedangkan 68% anak memiliki akses dalam masa pandemi di masa Sistem pembelajaran dilakukan dari jarak jauh, Kemenkes mencatat 37% anak tidak bisa mengatur waktu belajarnya, 30% anak kesulitan memahami pelajaran, 21% tidak memahami instruksi dari guru.

Selain itu ……

Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.